Minggu, 29 Mei 2011

Kebohongan seorang Ibu



Apa sumber motivasi terbesar dalam hidup? mungkin jawaban yang tepat adalah CINTA!! Cinta di sini bukan hanya berarti hubungan sepasang insan berlainan jenis, namun lebih kepada cinta universal. Cinta seorang ibu atau orangtua pada anaknya atau sebaliknya.. Inilah kekuatan terbesar yang dimiliki yang bisa menjadi sumber motivasi bagi semua orang.



Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir di sebagai seorang anak laki-laki di keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan sebagian nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : “Makanlah nak, aku tidak lapar

——— KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA



Ketika aku mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia dapat memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di samping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang yang aku makan. Aku melihat ivu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan suduku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan”

——— KEBOHONGAN IBU YANG KE DUA



Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah, demi membiayai sekolah aku dan abangku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak mancis untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di kala musim sejuk tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak mancis. Aku berkata : “Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, aku tidak penat”

——— KEBOHONGAN IBU YANG KE TIGA



Setela kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan ibu yang dulu, ibu harus membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluarga pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat penderitaan keluarga yang semakin parah, seorang pakcik yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasihati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, dan ibu berkata : “Saya tidak butuh cinta”

——— KEBOHONGAN IBU YANG KE EMPAT



Setelah aku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pencen. Tetapi ibu tidak mau, ia rela pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya. Abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kepeluan ibu,tetapi ibu bersikeras tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : “Ibu mempunyai uang”

——— KEBOHONGAN IBU YANG KE LIMA



Setelah lulus dari sarjana, aku pun melanjutkan pendidikan master dan kemudian mendapatkan gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa dari perusahaan swasta. Akhirnya aku pun bekerja di bawah perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, tidak mau menyisahkan anaknya, ia berkata kepadaku : “Aku tak biasa tinggal di negara orang”

——— KEBOHONGAN IBU YANG KE ENAM



Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker usus, harus dirawat di rumah sakit. Aku yang berada jauh di seberang Samudera Atlantik, segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah mengalami pembedahan. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamah tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perit, sakit sekali melihat ibuku dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibuku degan tegarnya berkata : “Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan”

——— KEBOHONGAN IBU YANG KE TUJUH

Setelah mengucapkan kebohongan yang ke tujuh, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya…

1 komentar:

Myspace Graphics
Myspace Graphics and Myspace Layouts

glitter-graphics.com